Senin, 16 Februari 2015

KUMPULAN CERPEN KARYA SANTRI PUTRA PP ALFATAH BANJARNEGARA Part3



MEMULAI HIDUP YANG BARU
Karya : Maulana Ishak

Pada saat saya berniat memasuki pondok pesantren Al Fatah Banjarnegara untuk mencari ilmu dan membahagiakan orang tua saya, tapi kenyataan untuk mencari ilmu tidaklah mudah banyak sekali rintangan dari Allah SWT kepada diri saya, saya melewati ujian dari Allah SWT dengan susah payah, saya hampir tidak kuat lagi di pondok pesantern Al Fatah, tetapi saya memikirkan kembali kebelakang bagaimana orang tua saya membiayai saya dengan susah payah jadi saya berusaha untuk melewati ujian dari Allah dengan ikhlas, dan saya berusaha mencari ilmu untuk membahagiakan orang tua saya riddunnya wal akhiroh ( dunia dan akhirat).

KOTA SANTRI PENUH BERKAH
Karya : Kharis Nurohman

                Sebut saja pesantren itu kota saya tinggal, saya tinggal di pesantren kurang lebih 4 tahun. Di sana saya belajar sambil mengaji setiap hari mengaji kitab, tiada hari tanpa memegang Al Qur'an, itulah kebiasaan saya dipesantren, kota pesantren kalau dirasakan memang asik. Tiap hari ada teman curhat, dapat kenalan, dan ada juga yang mendengarkan kisah-kisah kita.
            Saya tinggal di pesantren dilatih untuk hidup prihatin, dan kebersamaan di pesantren saya banyak mengenal ulama-ulama dan kiyai. Kata orang-orang di pesantren tuh gak enak yang inilah yang itulah tetapi saya yakin kalau di pesantren tidak begitu, alhamdulillah berkat keyakinan hati saya di pesantren saya dapat membaca Al Qur'an dengan lancar dan benar.

DI ALAM TERBUKA
Karya   : Didi . M

            Pagi itu masih gelap. Anak-anak yang terdiri dari salim, Edi, Tata, Fitri, Tina dan Maksum telah beriap-siap pergi berkemah. Rombongan mereka dipimpin oleh Kak Sentot, Pak Darma beserta Bu Rina, Ibunya Fitri turut mengantar kepergian mereka sampai di ujung Desa.
            Setelah sampi di tempat tujuan, sementara Fitri dan Tina sedang menanak nasi, Salim dan Edi sedang manyalakan lampu ting, yaitu lampu yang tahan terhadap angin. Kemudian Kak Sentot melihat ke arah jam tangannya, sambil menunggu nasi liwet. Bagai mana kita sholat maghrib dahulu ! .
Dengan bantuan sebuah kompas, Kak Sentot mencoba menentukan arah kiblat. Setelah diperoleh arah yang tepat, Kak Sentot menghabarkan sajadahnya di atas rumput, diikuti oleh anak-anak. Tidak lama kemudian, saling menyerukan khomat.
Sholat yang ditempat yang sepi seperti ini membuat perasaan mereka menjadi lain, mereka merasa lebih dekat dengan Tuhan yang Maha Kuasa. Selesai sholat, saling bersalam-salaman, kemudian Kak Sentot menutup salam dengan membaca doa, memohon keselamatan dan senantiasa di lindungi oleh Tuhan yang Maha Esa.
Setelah selesai berdoa Salim dan teman-teman, langsung makan malam dan rasanya sangat lezat, setelah selesai makan aku dan teman-teman langsung mencuci piring di pinggir kali, setelah mencuci piring aku langsung tidur di tenda. Ke esokan harinya salim dan teman-teman bangun pagi-pagi sekali, salim dan teman-teman langsung beres-beres. Salim, Kak Sentot dan teman-teman langsung pulang, Salim, Edi, Fitri, Tina dan Maksum sampai di Desa.

GHUZON RO UDIN
Karya : M. Irfan Zidni

Wawancara dengan pengemis
            Udin sedang jalan-jalan melintasi sebuah perguruan tinggi ternama. Kemudian dia berhenti karena melihat seorang pengemis sedang melamun, lalu udin bertanya-tanya kepada sang pengemis layaknya wartawan.
Udin                            : “ Pak, sudah lama menjadi pengemis ?“
Pengemis                     : “ Alhamdulillah sudah 8 tahun, nak.”
Udin                            : “ Wah sudah lama juga ya pak....Sehari biasanya dapat berapa pak ? “
Pengemis                     : “ Paling sedikit Rp 50.000 nak.”
Udin                            : “ Banyak juga ya pak “
Pengemis                     : “ Ya, untuk makan keluarga dirumah nak...”
Udin                            : “ Keluarga ada dimana pak !!”
Pengemis                     : “ Anak saya semuanya ada 3 orang yang pertama ada di. UGM di Yogjakarta, yang kedua ada di Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir, yang ke ketiga ada di Universitas Sains Al-Qur’an di Wonosobo”
Udin                            : “ Wahhhh, hebat-hebat keluarga bapak ya. Saya salut,anak bapak bisa melanjutkan keperguruan tinggi. Eh ....anak bapak semuanya masih kuliah ? “
Pengemis                     : “ ya. Tidak lah nak, semuanya mengemis seperti saya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar