MEMULAI HIDUP YANG BARU
Karya
: Maulana Ishak
Pada saat saya berniat memasuki
pondok pesantren Al Fatah Banjarnegara untuk mencari ilmu dan membahagiakan
orang tua saya, tapi kenyataan untuk mencari ilmu tidaklah mudah banyak sekali
rintangan dari Allah SWT kepada diri saya, saya melewati ujian dari Allah SWT
dengan susah payah, saya hampir tidak kuat lagi di pondok pesantern Al Fatah,
tetapi saya memikirkan kembali kebelakang bagaimana orang tua saya membiayai
saya dengan susah payah jadi saya berusaha untuk melewati ujian dari Allah
dengan ikhlas, dan saya berusaha mencari ilmu untuk membahagiakan orang tua
saya riddunnya wal akhiroh ( dunia dan akhirat).
KOTA SANTRI PENUH
BERKAH
Karya : Kharis Nurohman
Sebut
saja pesantren itu kota saya tinggal, saya tinggal di pesantren kurang lebih 4
tahun. Di sana saya belajar sambil mengaji setiap hari mengaji kitab, tiada
hari tanpa memegang Al Qur'an, itulah kebiasaan saya dipesantren, kota
pesantren kalau dirasakan memang asik. Tiap hari ada teman curhat, dapat
kenalan, dan ada juga yang mendengarkan kisah-kisah kita.
Saya
tinggal di pesantren dilatih untuk hidup prihatin, dan kebersamaan di pesantren
saya banyak mengenal ulama-ulama dan kiyai. Kata orang-orang di pesantren tuh
gak enak yang inilah yang itulah tetapi saya yakin kalau di pesantren tidak
begitu, alhamdulillah berkat keyakinan hati saya di pesantren saya dapat
membaca Al Qur'an dengan lancar dan benar.
DI ALAM TERBUKA
Karya : Didi . M
Pagi itu masih gelap. Anak-anak yang
terdiri dari salim, Edi, Tata, Fitri, Tina dan Maksum telah beriap-siap pergi
berkemah. Rombongan mereka dipimpin oleh Kak Sentot, Pak Darma beserta Bu Rina,
Ibunya Fitri turut mengantar kepergian mereka sampai di ujung Desa.
Setelah sampi di tempat tujuan,
sementara Fitri dan Tina sedang menanak nasi, Salim dan Edi sedang manyalakan
lampu ting, yaitu lampu yang tahan terhadap angin. Kemudian Kak Sentot melihat
ke arah jam tangannya, sambil menunggu nasi liwet. Bagai mana kita sholat
maghrib dahulu ! .
Dengan bantuan
sebuah kompas, Kak Sentot mencoba menentukan arah kiblat. Setelah diperoleh
arah yang tepat, Kak Sentot menghabarkan sajadahnya di atas rumput, diikuti
oleh anak-anak. Tidak lama kemudian, saling menyerukan khomat.
Sholat yang ditempat yang sepi seperti ini membuat perasaan mereka
menjadi lain, mereka merasa lebih dekat dengan Tuhan yang Maha Kuasa. Selesai
sholat, saling bersalam-salaman, kemudian Kak Sentot menutup salam dengan
membaca doa, memohon keselamatan dan senantiasa di lindungi oleh Tuhan yang
Maha Esa.
Setelah selesai berdoa Salim dan teman-teman, langsung makan malam
dan rasanya sangat lezat, setelah selesai makan aku dan teman-teman langsung
mencuci piring di pinggir kali, setelah mencuci piring aku langsung tidur di
tenda. Ke esokan harinya salim dan teman-teman bangun pagi-pagi sekali, salim
dan teman-teman langsung beres-beres. Salim, Kak Sentot dan teman-teman
langsung pulang, Salim, Edi, Fitri, Tina dan Maksum sampai di Desa.
GHUZON RO UDIN
Karya : M.
Irfan Zidni
Wawancara
dengan pengemis
Udin sedang jalan-jalan melintasi
sebuah perguruan tinggi ternama. Kemudian dia berhenti karena melihat seorang
pengemis sedang melamun, lalu udin bertanya-tanya kepada sang pengemis layaknya
wartawan.
Udin :
“ Pak, sudah lama menjadi pengemis ?“
Pengemis :
“ Alhamdulillah sudah 8 tahun, nak.”
Udin :
“ Wah sudah lama juga ya pak....Sehari biasanya dapat berapa pak ? “
Pengemis :
“ Paling sedikit Rp 50.000 nak.”
Udin :
“ Banyak juga ya pak “
Pengemis :
“ Ya, untuk makan keluarga dirumah nak...”
Udin :
“ Keluarga ada dimana pak !!”
Pengemis :
“ Anak saya semuanya ada 3 orang yang pertama ada di. UGM di Yogjakarta, yang
kedua ada di Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir, yang ke ketiga ada di
Universitas Sains Al-Qur’an di Wonosobo”
Udin :
“ Wahhhh, hebat-hebat keluarga bapak ya. Saya salut,anak bapak bisa melanjutkan
keperguruan tinggi. Eh ....anak bapak semuanya masih kuliah ? “
Pengemis :
“ ya. Tidak lah nak, semuanya mengemis seperti saya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar