Jumat, 05 Desember 2014

EBIT : lustrasi Soal Pencatatan Persediaan barang dagang



lustrasi Soal Pencatatan Persediaan barang dagang
Pada bulan juli 2012 UD Santoso memiliki transaksi keuangan yang berkaitan dengan persediaan barang dagang, transaksi-transaksi tersebut antara lain sebagai berikut:

Tanggal 1 Juli 2012 dibeli barang dagang dari toko buku Makmur sebesar Rp 4000.000 dengan syarat penyerahan barang FOB Shipping Point yang dibayar tanggal 17 Juli 2012 Sebesar Rp 250.000

Tanggal 3 Juli 2012 Dibeli barang dagang pada toko buku rakyat sebesar Rp 9000.0000 dengan syarat pembayaran 2/15, n/30

Tanggal 4 Juli 2012 dikembalikan barang dagang atas pembelian tanggal 1 Juli 2012 sebesar Rp 500.000

Tanggal 5 Juli 2012 dikirim nota debet pada toko buku rakyat atas pembelian barang dagang pada tanggal 3 Juli 2012

Tanggal 13 Juli 2012 dibayar pembelian tertanggal 3 Juli 2012 pada toko buku rakyat.

Tanggal 15 Juli 2012 dijual barang dagang pada toko harapan jaya Rp 5000.000 dengan harga pokok 4000.000

Tanggal 17 Juli 2012 dibayar beban angkut atas jasa angkut pada tanggal 1 juli 2012 sebesar Rp 250.000

Tanggal 17 Juli 2012 dijual barang dagang pada toko tulis sebesar Rp 11.000.000 dengan syarat pembayaran 3/20, n/60. Harga pokok 8.500.000

Tanggal 18 Juli 2012 diterima kembali barang dagang yang terjual tanggal 15 juli 2012 karena rusak sebesar Rp 700.000 dengan harga perolehan 500.000

Tanggal 19 Juli 2012 dikirim nota kredit pada toko tulis atas penjualan tanggal 17 Juli 2012 sebesar Rp 1.250.000 dengan harga perolehan 1000.000

Tanggal 31 Juli 2012 diterima pembayaran transaksi tanggal 17 juli 2012 dari toko tulis.

Berdasarkan transaksi keuangan diatas, lakukanlah pencatatan ke dalam buku jurnal umum dengan metode fisik!

Pencatatan Persediaan barang dagang Metode Fisik
Tanggal 1 Juli 2012
Dalam transaksi tanggal 1 Juli terdapat transaksi pembelian barang dagang secara tunai, Berdasarkan transaksi tersebut maka pencatatan yang dilakukan adalah dengan mendebet akun pembelian dan mengkredit akun kas.

Pembelian......Rp 4000.000
    Kas..................Rp 4.000.000

Note: penyerahan barang dilakukan dengan FOB Shipping point, hal ini berarti hak kepemilikan barang berpindah dari penjual ke pembeli pada saat barang keluar dari gudanga penjual. Dalam penyerahan barang dengan sistem ini beban angkut dibayar oleh pembeli.

Tanggal 3 Juli 2012
Dalam transaksi tanggal 3 Juli terdapat transaksi pembelian barang dagang secara kredit, pencatatan yang dilakukan adalah dengan mendebet akun pembelian dan mengkredit akaun utang dagang.

Pembelian......Rp Rp 9.000.000
    Utang dagang......Rp 9.000.000

Tanggal 4 Juli 2012
Dalam transaksi tanggal 4 Juli 2012 terdapat transaksi Retur pembelian barang dagang dimana saat pembelian dilakukan secara tunai, Pencatatan yang dilakukan adalah dengan cara mendebet akun kas dan mengkredit retur pembelian.

Kas...........Rp 500.000
    Retur pembelian.......Rp 500.000

Tanggal 5 Juli 2012
Dalam transaksi tanggal 5 juli terdapat transaksi retur pembelian barang dagang dimana saat pembelian dilakukan secara kredit, pencatatan yang dilakukan adalah dengan mendebet akun utang dagang dan mengkredit akun retur pembelian.

Utang dagang ..........Rp 1000.000
    Retur pembelian.............Rp 1000.000

Tanggal 13 Juli 2012
Dalam transaksi ini terdapat transaksi pembayaran utang dagang dengan disertai potongan pembelian, Pencatatan yang dilakukan adalah dengan mendebet akun utang dagang dan mengkredit akun kas dan akun potongan pembelian.

Utang dagang ......Rp 8000.000
   Kas ................................Rp 7.840.000
   Potongan pembelian........Rp   160.000

Perhitungan:
Utang dagang pada tanggal 3 juli sebesar Rp 9.000.000 kemudian pada tanggal 5 juli terjadi retur pembelian senilai Rp 1000.000 sehingga utang dagang yang tersisa sebesar Rp 8000.000. Pembayaran utang terjadi pada tanggal 13 juli maka masih dalam periode diskon sehingga UD Santoso mendapat potongan pembelian sebesar 2% dari 8000.000 yaitu sebesar Rp 160.000. Dengan demikian uang kas yang dibayarkan untuk melunasi utang dagang atas pembelian tanggal 3 juli adalah sebesar Rp 7.840.000

Tanggal 15 Juli 2012
Dalam transaksi tanggal 15 juli terdapat transaksi penjualan tunai, pencatatan yang dilakukan dengan mendebet akun kas dan mengkredi akun penjualan.

Kas .........Rp 5000.000
   Penjualan........Rp 5000.000

Tanggal 17 Juli 2012
Dalam transaksi tanggal 17 juli terdapat dua transaksi, yaitu transaksi pembayaran beban angkut pembelian dan transaksi penjualan secara kredit.

Dalam transaksi pembayaran beban angkut pembelian dicatat dengan mendebet akun beban angkut pembelian dan mengkredit akun kas

Beban angkut Pembelian ........Rp 250.000
        Kas .............................................Rp 250.000

Dalam transaksi penjualan kredit dicatat dengan mendebet akun piutang dagagng dan mengkredit akun penjualan

Piutang dagang ..........Rp 11.000.000
     Penjualan ..........................Rp 11.000.000

Tanggal 18 Juli 2012
Dalam transaksi tanggal 18 juli terdapat transaksi retur penjualan, dimana saat terjadi penjualan barang dilakukan secara tunai. Pencatatan yang dilakukan adalah dengan mendebet akun retur penjualan dan mengkredit akun kas.

Retur penjualan ..........Rp 700.000
       Kas ................................Rp 700.000

Tanggal 19 Juli 2012
Dalam transaksi tanggal 19 Juli terdapat transaksi retur penjualan, dimana saat terjadi penjualan dilakukan secara kredit. Pencatatan yang dilakukan adalah dengan mendebet akun retur penjualan dan mengkredit akun Piutang dagang.

Retur Penjualan .........Rp 1.250.000
          Piutang dagang.............Rp 1.250.000

Tanggal 31 Juli 2012
Dalam transaksi tanggal 31 Juli terdapat transaksi penerimaan pelunasan piutang dagang dengan disertai potongan penjualan. Pencatatan yang dilakukan adalah dengan mendebet akun kas dan akun potongan penjualan serta mengkredit piutang dagang.

Kas....................................Rp 9.450.500
Potongan Penjualan...........Rp 292.500
     Piutang dagang.....................Rp 9.750.000

Perhitungan:
Piutang dagang pada tanggal 17 juli Rp 11.000.000 kemudian pada tanggal 19 terjadi retur penjualan senilai Rp 1.250.0000 sehingga piutang dagang tersisa Rp 11.000.000 - 1.250.000 = 9.750.000. Saat pelunasan piutang yaitu pada tanggal 31 Juli masih dalam periode diskon sehingga pembeli mendapat potongan penjualan 3% dari 9.750.000 yaitu sebesar Rp 292.500. Dengan demikian uang yang diterima UD Santoso atas pelunasan piutang dari toko tulis sebesar Rp 9.450.500.























Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 14.3) persediaan adalah asset :
a.       Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
b.      Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau,
c.       Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Pendapatan Warren, reeve, fess (2005 : 440) mengatakan persediaan adalah “barang dagang yang disimpan untuk dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau disimpan untuk tujuan itu”.
Persediaan yang diperoleh perusahaan langsung dijual kembali tanpa mengalami proses produksi selanjutnya disebut persediaan barang dagang.
Perusahaan menggunakan system inventory stock karena perputaran pesediaannya cukup tinggi dan beragam untuk mengantisipasi penjualan supaya tidak terjadi kekurangan persediaan.
Macam-macam barang dagangan :
a.       Persediaan barang dagangan
Barang yang ada digudang dibeli oleh pengecer ata perusahaan dagang untuk dijual kembali. Barang yang diperoleh untuk dijual kembali diperoleh secara fisik tidak diubah kembali, barang tersebut tetap dalam bentuk yang telah jadi ketika meninggalkan pabrik pembuatnya.
b.      Persediaan manufaktur
1.       Persediaan bahan baku
Barang berwujud yang dibeli atau diperoleh dengan cara lain dan disimpan untuk penggunaan langsung dalam membuat barang untuk dijual kembali.
2.      Persediaan barang dalam proses
Barang yang membutuhkan proses lebih lanjut sebelum penyelesaian.
3.      Barang jadi
Barang yang sudah selesai diproses dan siap untuk dijual.
c.       Persediaan rupa-rupa
Barang seperi perlengkapan kantor kebersihan dan pengiriman, persediaan ini biasanya dicatat sebagai beban penjualan umum.
Biaya – biaya Persediaan > semua biaya pembelian, biaya produksi dan biaya lain-lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi siap untuk dijual/dipakai.
Biaya pembelian
Ø      Barang dalam perjalanan
1.       Syarat penjualan Frangko gudang FOB Shipping Point, hak atas barang dipindahkan kepada pembeli ketka barang dimuat kea lat angkut ketika akan diangkut.
2.      Syarat penjualan Franko Gudang pembeli (FOB) destination, maka penerapan aturan hokum tidak memerlukan  pengakuan transaksi sebelum barang diterima pembeli.
Ø      Diskon
Merupakan potongan harga yang diperlakukan sebagai pengurang biaya dalam pencatatan pembelian barang juga harus diperlakukan sebagai pengurang biaya persediaan.
Diskon tunai adalah potongan harga yang diberikan faktur-faktur yang dibayar dalam periode tertentu. Diskon tunai biasanya ditetapkan sebagai suatu persentase harga yang tidak perlu dibayar.
Diskon melalui termin misalnya  2/10,n/30, berate perusahaan akan memberikan diskon sebesar 2% dalam kurun waktu pembayaran 10 hari setelah tanggal faktur dan jatuh tempo pembayaran adalah 30 hari.
Perbedaan Pencatatan Diskon Metode Bersih Dengan Metode Kotor
Pembelian barang dagangan seharga $ 2500 dikurangi diskon dagang 30/20 dan diskon tunai 20%.
2500 – (30% x 2500) = $1750
1750 – (20% x 1750) = $1400
1400 – (2% x 1400) = $1372
a.       Diasukmsikan bahwa pembayaran faktur dilakukan dalam periode diskon
b.      Diasumsikan bahwa pembayaran faktur dilakukan setelah periode diskon
c.       Penyesuaian yang diperlukan pada akhir periode dengan mengasumsikan bahwa faktur belum dibayar dan periode diskon telah lewat.

Metode Bersih
Metode Kotor
Persediaan    $1372
     Utang Dagang      $1372
Persediaan     $1400
     Utang Dagang    $1400
Utang Usaha    $1372
     Kas          $1372
Utang Usaha    $1400
Persediaan                    $28
Kas                               $1372
Utang Usaha          $1372
Diskon yg tidak diambil $28
          Kas                              $1400
Utang Usaha  $1400
       Kas                  $1400
Diskon yang tdk diambil  $28
       Utang Usaha                 $28
Tidak ada jurnal

Ø      Retur Pembelian dan pengurangan harga
Penyesuaian atas faktur perlu juga jika barang ternyata rusak atau jika kualitasnya lebih rendah daripada yang dipesan.
Jika menggunakan metode Perpetual :
Utang Usaha                    Rp xxx
      Persediaan                             Rp xxx

Jika menggunakan metode periodic
Utang Usaha                    Rp xxx
      Retur dan Potongan pembelian        Rp xxx
Ø      PPN (Pajak Pertambahan Nilai)
PPN ditujukan untuk orang pribadi maupun badan yang timbul karena digunakannya factor-faktor produksi pada setiap jalur perusahaan dalam menyimpan, menghasilkan, menyalurkan, dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada konsumen.
Semua biaya untuk mendapatkan dan mempertahankan laba termasuk bunga modal, sewa, tanah dan upah kerja merupakan unsure pertambahan nilai yang menjadi dasar PPN.
Ø      Biaya Lain-lain
Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menempatkan persediaan dalam kondisi dan tempat siap dijual.
METODE PENCATATAN PERSEDIAAN
1.       Sistem Periodik
Menurut Dycman, Dukes, Davis (2000 : 381) mengatakan bahwa :
Dalam system persediaan periodic, perhitungan periodic actual atas berang-barang yang ditangan pada akhir periode akuntansi ketika menyiapkan laporan keuangan. Barang-barang dihitun, ditimbang, atau jika tidak diukur, dan jumlahnya dikaitkan dengan unit biaya untuk memberi nilai persediaan.
2.      Sistem Perpetual
Menurut Niseonger, Warren, Reeve dan Fess (1999:366) :
Dalam system persediaan perpetual, semua kenaikan dan penurunan barang dagang dicatat dengan cara yang sama seperti mencatat kenaikan dan penurunan kas. Akun persediaan barang dagang pada awal periode akuntansi mengindikasikan stok pada tanggal tersebut.
Pada saat pembelian jurnalnya :
Persediaan barang dagangan                       Rp XXX
            Kas/Utang Usaha                              Rp xxx
Pada saat penjualan jurnalnya
HPP                 Rp xxx
            Persediaan barang dagangan                       Rp xxx

METODE PENILAIAN PERSEDIAAN
1.       Penilaian Persediaan Berdasarkan Harga Pokok
a.       Metode Identifikasi Khusus
Dyckman, Dukes, Davis (2000:392) mengatakan bahwa, “metode identifikasi biaya khusus mensyaratkan bahwa setiap barang yang disimpan harus ditandai secara khusus sehingga biaya per unitnya dapat diidentifikasi setiap waktu”.
Metode identifikasi biaya khusus menghubungkan arus biaya secara langsung dengan arus biaya secara periodic.
Sebenarnya metode ini sangat menarik tapi memiliki biaya yang tinggi. Apalagi kalau jenis dan harga barang berbeda pasti akan lamban dan membutuhkan banyak biaya. Oleh karena itu metode ini sangat jarang digunakan oleh perusahaan dagang.
b.      Metode LIFO (last in First Out)
1.       Sistem Periodik
Adalah penilaian persediaan yang ditentukan dengan cara saldo periodic yang ada dikalikan harga pokok per unit barang yang masuk pada awal periode. Bila saldo periodic terlalu besar dari barang yang masuk pada awal periode, diambilkan dari harga pokok per unit yang masuk berikutnya.
Contoh :
Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual                                 Rp 2.500.000
Dikurangi persediaan akhir
(500 unit per perhitungan fisik)
300 unit @Rp 5.000
(terlama tersedia, dari persediaan 1 jan)                    Rp 1.500.000
200 unit @ Rp 2.000
    (terlama tersedia, dari persediaan 1 jan)                              Rp 400.000
Persediaan akhir                                                                                     Rp 1.900.000
HPP                                                                                                        Rp   600.000
2.      Sistem Perpetual
Adalah suatu metode penilaian persediaan yang pencatatan persediaannya dilakukan secara terus-menerus dalam kartu persediaan.
HPP dicatat berdasarkan harga pokok pertama kali masuk. Jumlah yang masih tersisa merupakan nilai persediaan akhir. Dalam periode inflasi metode LIFO akan menghasilkan kemungkinan laba bersih terendah. Alasannya karena harga pokok barang yang diperoleh terakhir akan mendekati nilai ganti barang yang dijual.
Keuntungan lain adalah penghematan pajak karena laba yang dihasilkan adalah yang paling rendah sehingga akan menghasilkan pajak penghasilan yang lebih rendah.
Bila dibandingkan dengan metode FIFO ataupun metode rata-rata dalam periode deflasi, pengaruh yang terjadi adalah kebalikannya.
Contoh : LIFO Perpetual

Tgl
Pembelian
Penjualan (pengeluaran
Saldo Persediaan

Unit
Biaya/Unit ($)
Total Biaya ($)
Unit
Biaya/
Unit ($)
Total
 Biaya ($)
Unit
Biaya/
Unit ($)
Total
 Biaya ($)
Jan 1






500
1.00
500
Jan 7
300
2
600



500
1
500







300
2
600
Jan 8



200
2
400
500
1
500







100
2
200
Jan 9



100
2
200







100
1
100
400
1
400

Persediaan Akhir
Harga Pokok Penjualan (HPP) 700


400

c.       Metode FIFO
Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 14.21) merumuskan FIFO sebagai berikut, “formula MPKP / FIFO mengasumsikan barang dalam persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian”.
1.       Sistem Periodik
Persediaan akhir ditentukan dengan cara saldo periodic yang ada dikalikan dengan harga pokok per unit barang yang terakhir kali masuk. Bila saldo periodic ternyata lebih besar dari jumlah unit terakhir masuk, sisanya dipergunakan harga pokok per unit yang masuk sebelumnya.
Contoh :
Persediaan Awal                                                              Rp 2.500.000
Ditambah pembelian selama periode tersebut                    Rp 3.000.000
Harga pokok barang tersedia untuk dijual                            Rp 5.500.000
Dikurangi persediaan akhir perhitungan periodic persediaan
300 unit @Rp 5.000 (terbaru tgl 24)               Rp 1.500.000
200 unit @ Rp 2.000                                           Rp   400.000
Persediaan akhir                                                                               Rp 1.900.000
HPP                                                                                                   Rp 3.100.000
2.      Sistem Perpetual
Suatu metode penilaian persediaan yang pencatatan persediaannya dilakukan terus-menerus dalam kartu persediaan.
HPP dicatat berdasarkan harga pokok barang pertama masuk. Jumlah yang masih tersisa merupakan nilai persediaan akhir . Selama periode inflasi penggunaan metode FIFO akan menghasilkan kemungkinan laba tertinggi dibandingkan dengan metode-metode yang lain, karena perusahaan cenderung untuk menaikkan harga jualnya sesuai dengan perkembangan pasar tanpa memperhatikan kenyataan bahwa barang yang terdapat dalam persediaaan telah diperoleh sebelum terjadinya kenaikan  harga (inventory profit/laba persediaan atau laba semu/illusory profit).









Tgl
Pembelian
Penjualan (pengeluaran
Saldo Persediaan

Unit
Biaya/Unit ($)
Total Biaya ($)
Unit
Biaya/
Unit ($)
Total
 Biaya ($)
Unit
Biaya/
Unit ($)
Total
 Biaya ($)
Jan 1






500
1.00
500
Jan 7
300
2
600



500
1
500







300
2
600
Jan 8



200
1
200
300
1
300







300
2
600
Jan 9



100
1
100
200
1
200







300
2
600




100
1
100
100
1
100


300
2
600

Persediaan Akhir
Harga Pokok Penjualan (HPP) 400


700

d.      Metode Rata-Rata
1.       Periodik
Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14.21) merumuskan biaya rata-rata tertimbang, biaya setiap barang ditentukan berdasarkan biaya rata-ratatertimbang dari barang serupa pada awal periode dan biaya barang serupa yang dibeli atau diproduksi selama periode. Perhitungan rata-rata dapat dilakukan secara berkala atau pada setiap penerimaan kiriman, bergantung pada keadaan perusahaan.
Asumsi metode ini adalah unit dijual tanpa memperhatikan urutan pembeliaannya dan menghitung harga pokok penjualan serta persediaan akhir.
Contoh :
Barang Tersedia
Per Unit
1 Jan
Pembelian
200
$ 1
$200
9 Jan
Pembelian
300
$ 1,1
  300
15 Jan
Pembelian
400
$ 1,16
  464
24 Jan
Pembelian
100
$1,12
  126
Total Tersedia

1.000

1.120
Persediaan akhir rata-rata tertimbang


31 Jan

300
1,12
336
HPP Rata-rata tertimbang


Penjualan selama Januari
700
1,12
784
Unit biaya rata-rata tertimbang (1.120 / 1000 = 1.12)

2.      Rata-rata Bergerak (system pencatatan perpetual)
Metode ini tidak menandingkan biaya per unit paling akhir dengan pendapatan penjualan periode berjalan. Namun menandingkan biaya rata-rata periode tersebut dengan pendapatan dan nilai persediaan akhir, leh karena itu jika biaya per unit pasti meningkat atau menurun maka metode rata-rata bergerak akan memberikan jumlah persediaan dan harga pokok yang berada diantara metode penilaian FIFO dan LIFO.
a.       Metode LCM (Nilai Terendah antara harga pokok atau harga pasar)
Ø      Menetapkan nilai pasar
>> biaya penggantian jika jatuh diantara harga tertinggi dari harga terendah
>> harga terendah, jika biaya penggantian lebih kecil dari harga terendah
>> harga tertinggi, jika biaya penggantian lebih tinggi daripada harga tertinggi
Ø      Membandingkan nilai pasar dengan harga pertama-tama dan memilih jumlah yang lebih rendah.

Komoditas
Kuantitas
Persediaan
Biaya
Per Unit
Harga Psaar
Per Unit           Biaya
Pasar
Lebih rendah
Biaya    atau    Pasar
A
400
$ 10,25
$ 9,50
$ 4,100
$3,800
$
3,800
B
12
   22,50
  24,10
  2,700
  2,892
$
2,700
C
600
   8,0
  7,75
  4,800
  4,650
$
4,650
D
280
   14,00
  14,75
  3,920
  4,130
$
3,920
TOTAL



$15,520
$15,472

$15,070
Sumber : Warren, Reeve, Fees (2005 : 457)
b.      Penilaian pada nilai realisasi Bersih
Menurut Warren, Reeve, Fees (2005 : 457) nilai realisasi adlah estimasi harga jual dikurangi biaya pelepasan langsung, seperti komisi penjualan”.
Hal ini timbul misalnya, jika suatu barang persediaan, yang dicantumkan sebesar nilai realisasi karena harga jualnya telh turun, masih dimiliki pada periode berikutnya dan harga jualnya telah meningkat.
c.       Metode Eceran
Menurut Warren, Reeve, Fees (2005 : 459) mengatakan, “metode persediaan eceran (retail inventory metgod) mengestimasikan biaya persediaan berdasarkan hubungan antara harga pokok barang dagang yang sama. Untuk menggunakan metode ini harga eceran dari semua barang dagang harus ditetapkan dan dijumlahkan. Berikutnya, persediaan eceran ditentukan dengan mengurangi penjualan selama periode bersangkutan.
Estimasi biaya persediaan kemudian dihitung dengan mengalihkan persediaan eceran dengan rasio biaya terhadap harga jual (eceran) barang dagang yang tersedia untuk dijual.


Harga Pokok
Harga Eceran
Perseiaan barang dagangan, 1 jan

$ 20.000
$ 25.000
Pembelian Bulan Jan (Bersih)

$ 30.000
$ 40.000
Barang yang tersedia dijual

$ 50.000
$ 65.000
Rasio biaya thdap harga eceran
$50.000
$65.000
= 77%


Penjualan bulan Jan (bersih)


$ 55.000
Persediaan brg dagang 31 Jan pd eceran


$ 10.000
Persediaan brg dagangan 31 jan pd estimasi biaya ($10,000x77%)




d.      Persediaan Berdasarkan Metode Laba Kotor
Soemarso (2002 : 394) menyatakan bahwa , “ metode laba bruto atau metode laba kotor (gross profit method) : metode penetapan harga pokok persediaan secara taksiran yang didasarkan atas hubungan, yang terdapat dalam periode yang lalu, antara laba bruto dengan harga jual. Metode laba kotor menggunakan estimasi laba kotor yang direalisasi selama periode dimaksud untuk mengetimasi persediaan pada akhir periode. Laba kotor biasanya diestimasikan dari tahun sebelumnya, disesuaikan dengan setiap perubahan yang terjadi dengan harga pokok dan harga jual selama periode berjalan.
Persediaan barang dagangan, 1 jan


$ 25.000
Pembelian Bulan Jan (Bersih)


$ 40.000
Barang yang tersedia dijual


$ 65.000
Penjualan bulan Jan (bersih)

$ 55.000

Dikurangi : estimasi laba kotor (30% (dlam soal) x $55.000)

$ 16.500

Estimasi harga pokok penjualan


$38.500
Estimasi Persediaan brg dagang 31 Jan


$ 26.500




Tidak ada komentar:

Posting Komentar