lustrasi Soal Pencatatan Persediaan barang dagang
Pada bulan juli 2012 UD Santoso
memiliki transaksi keuangan yang berkaitan dengan persediaan barang dagang,
transaksi-transaksi tersebut antara lain sebagai berikut:
Tanggal 1 Juli 2012 dibeli barang
dagang dari toko buku Makmur sebesar Rp 4000.000 dengan syarat penyerahan
barang FOB Shipping Point yang dibayar tanggal 17 Juli 2012 Sebesar Rp
250.000
Tanggal 3 Juli 2012 Dibeli barang
dagang pada toko buku rakyat sebesar Rp 9000.0000 dengan syarat pembayaran
2/15, n/30
Tanggal 4 Juli 2012 dikembalikan
barang dagang atas pembelian tanggal 1 Juli 2012 sebesar Rp 500.000
Tanggal 5 Juli 2012 dikirim nota
debet pada toko buku rakyat atas pembelian barang dagang pada tanggal 3 Juli
2012
Tanggal 13 Juli 2012 dibayar
pembelian tertanggal 3 Juli 2012 pada toko buku rakyat.
Tanggal 15 Juli 2012 dijual barang
dagang pada toko harapan jaya Rp 5000.000 dengan harga pokok 4000.000
Tanggal 17 Juli 2012 dibayar beban
angkut atas jasa angkut pada tanggal 1 juli 2012 sebesar Rp 250.000
Tanggal 17 Juli 2012 dijual barang
dagang pada toko tulis sebesar Rp 11.000.000 dengan syarat pembayaran 3/20,
n/60. Harga pokok 8.500.000
Tanggal 18 Juli 2012 diterima
kembali barang dagang yang terjual tanggal 15 juli 2012 karena rusak sebesar Rp
700.000 dengan harga perolehan 500.000
Tanggal 19 Juli 2012 dikirim nota
kredit pada toko tulis atas penjualan tanggal 17 Juli 2012 sebesar Rp 1.250.000
dengan harga perolehan 1000.000
Tanggal 31 Juli 2012 diterima
pembayaran transaksi tanggal 17 juli 2012 dari toko tulis.
Berdasarkan transaksi keuangan
diatas, lakukanlah pencatatan ke dalam buku jurnal umum dengan metode fisik!
Pencatatan Persediaan barang dagang Metode Fisik
Tanggal 1 Juli
2012
Dalam transaksi tanggal 1 Juli
terdapat transaksi pembelian barang dagang secara tunai, Berdasarkan transaksi
tersebut maka pencatatan yang dilakukan adalah dengan mendebet akun pembelian
dan mengkredit akun kas.
Pembelian......Rp 4000.000
Kas..................Rp
4.000.000
Note: penyerahan barang dilakukan
dengan FOB Shipping point, hal ini berarti hak kepemilikan barang
berpindah dari penjual ke pembeli pada saat barang keluar dari gudanga penjual.
Dalam penyerahan barang dengan sistem ini beban angkut dibayar oleh pembeli.
Tanggal 3 Juli
2012
Dalam transaksi tanggal 3 Juli
terdapat transaksi pembelian barang dagang secara kredit, pencatatan yang
dilakukan adalah dengan mendebet akun pembelian dan mengkredit akaun utang
dagang.
Pembelian......Rp Rp 9.000.000
Utang
dagang......Rp 9.000.000
Tanggal 4 Juli
2012
Dalam transaksi tanggal 4 Juli 2012
terdapat transaksi Retur pembelian barang dagang dimana saat pembelian
dilakukan secara tunai, Pencatatan yang dilakukan adalah dengan cara mendebet
akun kas dan mengkredit retur pembelian.
Kas...........Rp 500.000
Retur
pembelian.......Rp 500.000
Tanggal 5 Juli
2012
Dalam transaksi tanggal 5 juli
terdapat transaksi retur pembelian barang dagang dimana saat pembelian
dilakukan secara kredit, pencatatan yang dilakukan adalah dengan mendebet akun
utang dagang dan mengkredit akun retur pembelian.
Utang dagang ..........Rp 1000.000
Retur
pembelian.............Rp 1000.000
Tanggal 13 Juli
2012
Dalam transaksi ini terdapat
transaksi pembayaran utang dagang dengan disertai potongan pembelian,
Pencatatan yang dilakukan adalah dengan mendebet akun utang dagang dan
mengkredit akun kas dan akun potongan pembelian.
Utang dagang ......Rp 8000.000
Kas
................................Rp 7.840.000
Potongan
pembelian........Rp 160.000
Perhitungan:
Utang dagang pada tanggal 3 juli sebesar Rp 9.000.000 kemudian pada tanggal 5 juli terjadi retur pembelian senilai Rp 1000.000 sehingga utang dagang yang tersisa sebesar Rp 8000.000. Pembayaran utang terjadi pada tanggal 13 juli maka masih dalam periode diskon sehingga UD Santoso mendapat potongan pembelian sebesar 2% dari 8000.000 yaitu sebesar Rp 160.000. Dengan demikian uang kas yang dibayarkan untuk melunasi utang dagang atas pembelian tanggal 3 juli adalah sebesar Rp 7.840.000
Perhitungan:
Utang dagang pada tanggal 3 juli sebesar Rp 9.000.000 kemudian pada tanggal 5 juli terjadi retur pembelian senilai Rp 1000.000 sehingga utang dagang yang tersisa sebesar Rp 8000.000. Pembayaran utang terjadi pada tanggal 13 juli maka masih dalam periode diskon sehingga UD Santoso mendapat potongan pembelian sebesar 2% dari 8000.000 yaitu sebesar Rp 160.000. Dengan demikian uang kas yang dibayarkan untuk melunasi utang dagang atas pembelian tanggal 3 juli adalah sebesar Rp 7.840.000
Tanggal 15 Juli
2012
Dalam transaksi tanggal 15 juli
terdapat transaksi penjualan tunai, pencatatan yang dilakukan dengan mendebet
akun kas dan mengkredi akun penjualan.
Kas .........Rp 5000.000
Penjualan........Rp
5000.000
Tanggal 17 Juli
2012
Dalam transaksi tanggal 17 juli
terdapat dua transaksi, yaitu transaksi pembayaran beban angkut pembelian dan
transaksi penjualan secara kredit.
Dalam transaksi pembayaran beban
angkut pembelian dicatat dengan mendebet akun beban angkut pembelian dan
mengkredit akun kas
Beban angkut Pembelian ........Rp
250.000
Kas .............................................Rp 250.000
Dalam transaksi penjualan kredit
dicatat dengan mendebet akun piutang dagagng dan mengkredit akun penjualan
Piutang dagang ..........Rp
11.000.000
Penjualan
..........................Rp 11.000.000
Tanggal 18 Juli
2012
Dalam transaksi tanggal 18 juli
terdapat transaksi retur penjualan, dimana saat terjadi penjualan barang
dilakukan secara tunai. Pencatatan yang dilakukan adalah dengan mendebet akun
retur penjualan dan mengkredit akun kas.
Retur penjualan ..........Rp 700.000
Kas ................................Rp 700.000
Tanggal 19 Juli
2012
Dalam transaksi tanggal 19 Juli
terdapat transaksi retur penjualan, dimana saat terjadi penjualan dilakukan
secara kredit. Pencatatan yang dilakukan adalah dengan mendebet akun retur
penjualan dan mengkredit akun Piutang dagang.
Retur Penjualan .........Rp
1.250.000
Piutang dagang.............Rp 1.250.000
Tanggal 31 Juli
2012
Dalam transaksi tanggal 31 Juli
terdapat transaksi penerimaan pelunasan piutang dagang dengan disertai potongan
penjualan. Pencatatan yang dilakukan adalah dengan mendebet akun kas dan akun
potongan penjualan serta mengkredit piutang dagang.
Kas....................................Rp
9.450.500
Potongan Penjualan...........Rp
292.500
Piutang
dagang.....................Rp 9.750.000
Perhitungan:
Piutang dagang pada tanggal 17 juli Rp 11.000.000 kemudian pada tanggal 19 terjadi retur penjualan senilai Rp 1.250.0000 sehingga piutang dagang tersisa Rp 11.000.000 - 1.250.000 = 9.750.000. Saat pelunasan piutang yaitu pada tanggal 31 Juli masih dalam periode diskon sehingga pembeli mendapat potongan penjualan 3% dari 9.750.000 yaitu sebesar Rp 292.500. Dengan demikian uang yang diterima UD Santoso atas pelunasan piutang dari toko tulis sebesar Rp 9.450.500.
Perhitungan:
Piutang dagang pada tanggal 17 juli Rp 11.000.000 kemudian pada tanggal 19 terjadi retur penjualan senilai Rp 1.250.0000 sehingga piutang dagang tersisa Rp 11.000.000 - 1.250.000 = 9.750.000. Saat pelunasan piutang yaitu pada tanggal 31 Juli masih dalam periode diskon sehingga pembeli mendapat potongan penjualan 3% dari 9.750.000 yaitu sebesar Rp 292.500. Dengan demikian uang yang diterima UD Santoso atas pelunasan piutang dari toko tulis sebesar Rp 9.450.500.
Menurut Ikatan
Akuntan Indonesia (2007 : 14.3) persediaan adalah asset :
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan
usaha normal;
b. Dalam proses produksi dan atau dalam
perjalanan, atau,
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan
(supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Pendapatan
Warren, reeve, fess (2005 : 440) mengatakan persediaan adalah “barang dagang
yang disimpan untuk dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan bahan yang
digunakan dalam proses produksi atau disimpan untuk tujuan itu”.
Persediaan yang
diperoleh perusahaan langsung dijual kembali tanpa mengalami proses produksi
selanjutnya disebut persediaan barang dagang.
Perusahaan
menggunakan system inventory stock karena perputaran pesediaannya cukup tinggi
dan beragam untuk mengantisipasi penjualan supaya tidak terjadi kekurangan
persediaan.
Macam-macam barang
dagangan :
a. Persediaan barang dagangan
Barang yang ada
digudang dibeli oleh pengecer ata perusahaan dagang untuk dijual kembali.
Barang yang diperoleh untuk dijual kembali diperoleh secara fisik tidak diubah
kembali, barang tersebut tetap dalam bentuk yang telah jadi ketika meninggalkan
pabrik pembuatnya.
b. Persediaan manufaktur
1. Persediaan bahan baku
Barang berwujud
yang dibeli atau diperoleh dengan cara lain dan disimpan untuk penggunaan
langsung dalam membuat barang untuk dijual kembali.
2. Persediaan barang dalam proses
Barang yang
membutuhkan proses lebih lanjut sebelum penyelesaian.
3. Barang jadi
Barang yang
sudah selesai diproses dan siap untuk dijual.
c. Persediaan rupa-rupa
Barang seperi
perlengkapan kantor kebersihan dan pengiriman, persediaan ini biasanya dicatat
sebagai beban penjualan umum.
Biaya – biaya
Persediaan > semua biaya pembelian, biaya produksi dan biaya lain-lain yang
timbul sampai persediaan berada dalam kondisi siap untuk dijual/dipakai.
Biaya pembelian
Ø Barang dalam perjalanan
1. Syarat penjualan Frangko gudang FOB
Shipping Point, hak atas barang dipindahkan kepada pembeli ketka barang dimuat
kea lat angkut ketika akan diangkut.
2. Syarat penjualan Franko Gudang pembeli
(FOB) destination, maka penerapan aturan hokum tidak memerlukan pengakuan
transaksi sebelum barang diterima pembeli.
Ø Diskon
Merupakan
potongan harga yang diperlakukan sebagai pengurang biaya dalam pencatatan
pembelian barang juga harus diperlakukan sebagai pengurang biaya persediaan.
Diskon tunai
adalah potongan harga yang diberikan faktur-faktur yang dibayar dalam periode
tertentu. Diskon tunai biasanya ditetapkan sebagai suatu persentase harga yang
tidak perlu dibayar.
Diskon melalui
termin misalnya 2/10,n/30, berate perusahaan akan memberikan diskon
sebesar 2% dalam kurun waktu pembayaran 10 hari setelah tanggal faktur dan
jatuh tempo pembayaran adalah 30 hari.
Perbedaan
Pencatatan Diskon Metode Bersih Dengan Metode Kotor
Pembelian
barang dagangan seharga $ 2500 dikurangi diskon dagang 30/20 dan diskon tunai
20%.
2500 – (30% x
2500) = $1750
1750 – (20% x
1750) = $1400
1400 – (2% x
1400) = $1372
a. Diasukmsikan bahwa pembayaran faktur
dilakukan dalam periode diskon
b. Diasumsikan bahwa pembayaran faktur
dilakukan setelah periode diskon
c. Penyesuaian yang diperlukan pada
akhir periode dengan mengasumsikan bahwa faktur belum dibayar dan periode
diskon telah lewat.
|
Metode Bersih
|
Metode Kotor
|
|
Persediaan
$1372
Utang Dagang $1372
|
Persediaan
$1400
Utang Dagang $1400
|
|
Utang
Usaha $1372
Kas $1372
|
Utang
Usaha $1400
Persediaan
$28
Kas
$1372
|
|
Utang
Usaha $1372
Diskon yg
tidak diambil $28
Kas
$1400
|
Utang
Usaha $1400
Kas
$1400
|
|
Diskon yang
tdk diambil $28
Utang
Usaha
$28
|
Tidak ada
jurnal
|
Ø Retur Pembelian dan pengurangan harga
Penyesuaian
atas faktur perlu juga jika barang ternyata rusak atau jika kualitasnya lebih
rendah daripada yang dipesan.
Jika
menggunakan metode Perpetual :
Utang
Usaha
Rp xxx
Persediaan
Rp xxx
Jika menggunakan
metode periodic
Utang
Usaha
Rp xxx
Retur dan Potongan pembelian Rp xxx
Ø PPN (Pajak Pertambahan Nilai)
PPN ditujukan
untuk orang pribadi maupun badan yang timbul karena digunakannya factor-faktor
produksi pada setiap jalur perusahaan dalam menyimpan, menghasilkan,
menyalurkan, dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada
konsumen.
Semua biaya
untuk mendapatkan dan mempertahankan laba termasuk bunga modal, sewa, tanah dan
upah kerja merupakan unsure pertambahan nilai yang menjadi dasar PPN.
Ø Biaya Lain-lain
Yaitu biaya
yang dikeluarkan untuk menempatkan persediaan dalam kondisi dan tempat siap
dijual.
METODE
PENCATATAN PERSEDIAAN
1. Sistem Periodik
Menurut Dycman,
Dukes, Davis (2000 : 381) mengatakan bahwa :
Dalam system
persediaan periodic, perhitungan periodic actual atas berang-barang yang
ditangan pada akhir periode akuntansi ketika menyiapkan laporan keuangan.
Barang-barang dihitun, ditimbang, atau jika tidak diukur, dan jumlahnya
dikaitkan dengan unit biaya untuk memberi nilai persediaan.
2. Sistem Perpetual
Menurut
Niseonger, Warren, Reeve dan Fess (1999:366) :
Dalam system
persediaan perpetual, semua kenaikan dan penurunan barang dagang dicatat dengan
cara yang sama seperti mencatat kenaikan dan penurunan kas. Akun persediaan
barang dagang pada awal periode akuntansi mengindikasikan stok pada tanggal
tersebut.
Pada saat
pembelian jurnalnya :
Persediaan
barang
dagangan
Rp XXX
Kas/Utang
Usaha
Rp xxx
Pada saat
penjualan jurnalnya
HPP Rp xxx
HPP Rp xxx
Persediaan barang
dagangan
Rp xxx
METODE
PENILAIAN PERSEDIAAN
1. Penilaian Persediaan Berdasarkan
Harga Pokok
a. Metode Identifikasi Khusus
Dyckman, Dukes,
Davis (2000:392) mengatakan
bahwa, “metode identifikasi biaya khusus mensyaratkan bahwa setiap barang yang
disimpan harus ditandai secara khusus sehingga biaya per unitnya dapat
diidentifikasi setiap waktu”.
Metode
identifikasi biaya khusus menghubungkan arus biaya secara langsung dengan arus
biaya secara periodic.
Sebenarnya
metode ini sangat menarik tapi memiliki biaya yang tinggi. Apalagi kalau jenis
dan harga barang berbeda pasti akan lamban dan membutuhkan banyak biaya. Oleh
karena itu metode ini sangat jarang digunakan oleh perusahaan dagang.
b. Metode LIFO (last in First Out)
1. Sistem Periodik
Adalah
penilaian persediaan yang ditentukan dengan cara saldo periodic yang ada
dikalikan harga pokok per unit barang yang masuk pada awal periode. Bila saldo
periodic terlalu besar dari barang yang masuk pada awal periode, diambilkan
dari harga pokok per unit yang masuk berikutnya.
Contoh :
Harga pokok
barang yang tersedia untuk
dijual
Rp 2.500.000
Dikurangi
persediaan akhir
(500 unit per
perhitungan fisik)
300 unit @Rp
5.000
(terlama
tersedia, dari persediaan 1
jan)
Rp 1.500.000
200 unit @ Rp
2.000
(terlama tersedia, dari persediaan 1 jan)
Rp 400.000
Persediaan
akhir
Rp 1.900.000
HPP
Rp 600.000
2. Sistem Perpetual
Adalah suatu
metode penilaian persediaan yang pencatatan persediaannya dilakukan secara
terus-menerus dalam kartu persediaan.
HPP dicatat
berdasarkan harga pokok pertama kali masuk. Jumlah yang masih tersisa merupakan
nilai persediaan akhir. Dalam periode inflasi metode LIFO akan menghasilkan
kemungkinan laba bersih terendah. Alasannya karena harga pokok barang yang
diperoleh terakhir akan mendekati nilai ganti barang yang dijual.
Keuntungan lain
adalah penghematan pajak karena laba yang dihasilkan adalah yang paling rendah
sehingga akan menghasilkan pajak penghasilan yang lebih rendah.
Bila
dibandingkan dengan metode FIFO ataupun metode rata-rata dalam periode deflasi,
pengaruh yang terjadi adalah kebalikannya.
Contoh : LIFO
Perpetual
|
Tgl
|
Pembelian
|
Penjualan (pengeluaran
|
Saldo Persediaan
|
||||||
|
Unit
|
Biaya/Unit
($)
|
Total Biaya
($)
|
Unit
|
Biaya/
Unit ($)
|
Total
Biaya
($)
|
Unit
|
Biaya/
Unit ($)
|
Total
Biaya
($)
|
|
|
Jan 1
|
500
|
1.00
|
500
|
||||||
|
Jan 7
|
300
|
2
|
600
|
500
|
1
|
500
|
|||
|
300
|
2
|
600
|
|||||||
|
Jan 8
|
200
|
2
|
400
|
500
|
1
|
500
|
|||
|
100
|
2
|
200
|
|||||||
|
Jan 9
|
100
|
2
|
200
|
||||||
|
100
|
1
|
100
|
400
|
1
|
400
|
||||
|
Persediaan Akhir
Harga Pokok Penjualan (HPP) 700
|
400
|
||||||||
c. Metode FIFO
Ikatan Akuntan
Indonesia (2007 : 14.21) merumuskan FIFO sebagai berikut, “formula MPKP / FIFO
mengasumsikan barang dalam persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau
digunakan terlebih dahulu sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir
adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian”.
1. Sistem Periodik
Persediaan akhir
ditentukan dengan cara saldo periodic yang ada dikalikan dengan harga pokok per
unit barang yang terakhir kali masuk. Bila saldo periodic ternyata lebih besar
dari jumlah unit terakhir masuk, sisanya dipergunakan harga pokok per unit yang
masuk sebelumnya.
Contoh :
Persediaan
Awal
Rp 2.500.000
Ditambah
pembelian selama periode
tersebut
Rp 3.000.000
Harga pokok
barang tersedia untuk
dijual
Rp 5.500.000
Dikurangi
persediaan akhir perhitungan periodic persediaan
300 unit @Rp
5.000 (terbaru tgl
24)
Rp 1.500.000
200 unit @ Rp
2.000
Rp 400.000
Persediaan
akhir
Rp 1.900.000
HPP
Rp 3.100.000
2. Sistem Perpetual
Suatu metode
penilaian persediaan yang pencatatan persediaannya dilakukan terus-menerus
dalam kartu persediaan.
HPP dicatat
berdasarkan harga pokok barang pertama masuk. Jumlah yang masih tersisa
merupakan nilai persediaan akhir . Selama periode inflasi penggunaan metode
FIFO akan menghasilkan kemungkinan laba tertinggi dibandingkan dengan
metode-metode yang lain, karena perusahaan cenderung untuk menaikkan harga
jualnya sesuai dengan perkembangan pasar tanpa memperhatikan kenyataan bahwa
barang yang terdapat dalam persediaaan telah diperoleh sebelum terjadinya
kenaikan harga (inventory profit/laba persediaan atau laba semu/illusory
profit).
|
Tgl
|
Pembelian
|
Penjualan (pengeluaran
|
Saldo Persediaan
|
||||||
|
Unit
|
Biaya/Unit
($)
|
Total Biaya
($)
|
Unit
|
Biaya/
Unit ($)
|
Total
Biaya
($)
|
Unit
|
Biaya/
Unit ($)
|
Total
Biaya
($)
|
|
|
Jan 1
|
500
|
1.00
|
500
|
||||||
|
Jan 7
|
300
|
2
|
600
|
500
|
1
|
500
|
|||
|
300
|
2
|
600
|
|||||||
|
Jan 8
|
200
|
1
|
200
|
300
|
1
|
300
|
|||
|
300
|
2
|
600
|
|||||||
|
Jan 9
|
100
|
1
|
100
|
200
|
1
|
200
|
|||
|
300
|
2
|
600
|
|||||||
|
100
|
1
|
100
|
100
|
1
|
100
|
||||
|
300
|
2
|
600
|
|||||||
|
Persediaan Akhir
Harga Pokok Penjualan (HPP) 400
|
700
|
||||||||
d. Metode Rata-Rata
1. Periodik
Ikatan Akuntan
Indonesia (2007:14.21) merumuskan biaya rata-rata tertimbang, biaya setiap
barang ditentukan berdasarkan biaya rata-ratatertimbang dari barang serupa pada
awal periode dan biaya barang serupa yang dibeli atau diproduksi selama
periode. Perhitungan rata-rata dapat dilakukan secara berkala atau pada setiap
penerimaan kiriman, bergantung pada keadaan perusahaan.
Asumsi metode
ini adalah unit dijual tanpa memperhatikan urutan pembeliaannya dan menghitung
harga pokok penjualan serta persediaan akhir.
Contoh :
|
Barang Tersedia
|
Per Unit
|
|||
|
1 Jan
|
Pembelian
|
200
|
$ 1
|
$200
|
|
9 Jan
|
Pembelian
|
300
|
$ 1,1
|
300
|
|
15 Jan
|
Pembelian
|
400
|
$ 1,16
|
464
|
|
24 Jan
|
Pembelian
|
100
|
$1,12
|
126
|
|
Total
Tersedia
|
1.000
|
1.120
|
||
|
Persediaan
akhir rata-rata tertimbang
|
||||
|
31 Jan
|
300
|
1,12
|
336
|
|
|
HPP Rata-rata
tertimbang
|
||||
|
Penjualan
selama Januari
|
700
|
1,12
|
784
|
|
|
Unit biaya
rata-rata tertimbang (1.120 / 1000 = 1.12)
|
||||
2. Rata-rata Bergerak (system pencatatan
perpetual)
Metode ini tidak
menandingkan biaya per unit paling akhir dengan pendapatan penjualan periode
berjalan. Namun menandingkan biaya rata-rata periode tersebut dengan pendapatan
dan nilai persediaan akhir, leh karena itu jika biaya per unit pasti meningkat
atau menurun maka metode rata-rata bergerak akan memberikan jumlah persediaan
dan harga pokok yang berada diantara metode penilaian FIFO dan LIFO.
a. Metode LCM (Nilai Terendah antara
harga pokok atau harga pasar)
Ø Menetapkan nilai pasar
>> biaya
penggantian jika jatuh diantara harga tertinggi dari harga terendah
>> harga
terendah, jika biaya penggantian lebih kecil dari harga terendah
>> harga
tertinggi, jika biaya penggantian lebih tinggi daripada harga tertinggi
Ø Membandingkan nilai pasar dengan harga
pertama-tama dan memilih jumlah yang lebih rendah.
|
Komoditas
|
Kuantitas
Persediaan
|
Biaya
Per Unit
|
Harga Psaar
Per
Unit Biaya
|
Pasar
|
Lebih rendah
Biaya
atau Pasar
|
||
|
A
|
400
|
$ 10,25
|
$ 9,50
|
$ 4,100
|
$3,800
|
$
|
3,800
|
|
B
|
12
|
22,50
|
24,10
|
2,700
|
2,892
|
$
|
2,700
|
|
C
|
600
|
8,0
|
7,75
|
4,800
|
4,650
|
$
|
4,650
|
|
D
|
280
|
14,00
|
14,75
|
3,920
|
4,130
|
$
|
3,920
|
|
TOTAL
|
$15,520
|
$15,472
|
$15,070
|
||||
Sumber :
Warren, Reeve, Fees (2005 : 457)
b. Penilaian pada nilai realisasi Bersih
Menurut Warren,
Reeve, Fees (2005 : 457) nilai realisasi adlah estimasi harga jual dikurangi
biaya pelepasan langsung, seperti komisi penjualan”.
Hal ini timbul
misalnya, jika suatu barang persediaan, yang dicantumkan sebesar nilai
realisasi karena harga jualnya telh turun, masih dimiliki pada periode
berikutnya dan harga jualnya telah meningkat.
c. Metode Eceran
Menurut Warren,
Reeve, Fees (2005 : 459) mengatakan, “metode persediaan eceran (retail
inventory metgod) mengestimasikan biaya persediaan berdasarkan hubungan antara
harga pokok barang dagang yang sama. Untuk menggunakan metode ini harga eceran
dari semua barang dagang harus ditetapkan dan dijumlahkan. Berikutnya,
persediaan eceran ditentukan dengan mengurangi penjualan selama periode
bersangkutan.
Estimasi biaya
persediaan kemudian dihitung dengan mengalihkan persediaan eceran dengan rasio
biaya terhadap harga jual (eceran) barang dagang yang tersedia untuk dijual.
|
Harga Pokok
|
Harga Eceran
|
||
|
Perseiaan
barang dagangan, 1 jan
|
$ 20.000
|
$ 25.000
|
|
|
Pembelian
Bulan Jan (Bersih)
|
$ 30.000
|
$ 40.000
|
|
|
Barang yang
tersedia dijual
|
$ 50.000
|
$ 65.000
|
|
|
Rasio biaya
thdap harga eceran
|
$50.000
$65.000
= 77%
|
||
|
Penjualan
bulan Jan (bersih)
|
$ 55.000
|
||
|
Persediaan
brg dagang 31 Jan pd eceran
|
$ 10.000
|
||
|
Persediaan
brg dagangan 31 jan pd estimasi biaya ($10,000x77%)
|
d. Persediaan Berdasarkan Metode Laba Kotor
Soemarso (2002
: 394) menyatakan bahwa , “ metode laba bruto atau metode laba kotor (gross
profit method) : metode penetapan harga pokok persediaan secara taksiran yang
didasarkan atas hubungan, yang terdapat dalam periode yang lalu, antara laba
bruto dengan harga jual. Metode laba kotor menggunakan estimasi laba kotor yang
direalisasi selama periode dimaksud untuk mengetimasi persediaan pada akhir
periode. Laba kotor biasanya diestimasikan dari tahun sebelumnya, disesuaikan
dengan setiap perubahan yang terjadi dengan harga pokok dan harga jual selama
periode berjalan.
|
Persediaan
barang dagangan, 1 jan
|
$ 25.000
|
||
|
Pembelian
Bulan Jan (Bersih)
|
$ 40.000
|
||
|
Barang yang tersedia
dijual
|
$ 65.000
|
||
|
Penjualan
bulan Jan (bersih)
|
$ 55.000
|
||
|
Dikurangi :
estimasi laba kotor (30% (dlam soal) x
$55.000)
|
$ 16.500
|
||
|
Estimasi
harga pokok penjualan
|
$38.500
|
||
|
Estimasi
Persediaan brg dagang 31 Jan
|
$ 26.500
|
||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar